Selasa, 01 April 2014

Ingin jadi penulis


Ini kisahku tentang cita-cita yang mengambang...
    Di akhir kelas X ini aku di hadapkan sebuah pilihan sebuah jurusan dari spesifikiasi disiplin ilmu. sejujurnya aku bingung apakah aku harus memilih IPA, IPS ataukah BAHASA.
    Sebenarnya saya ingin sekali masuk ke IPS namun gegara ada sang mantan jadi aku putuskan untuk masuk IPA. Pada suatu saat aku mendengar bahwa ada anak yang tidak bisa mengerjakan tugas kimia yang mengakibatkan ia tidak naik kelas. mulai deh berfikir dua kali untuk masuk ke IPA karena saya tidak mumpuni di bidang IPA..
   Terdampar di kelas Bahasa inilah kondisiku sekarang. sungguh aku tidak menyangka bakal masuk ke kelas Bahasa, pasalnya nilai bahasaku jeblog sama halnya dengan matematika.
   Terseret-seret aku dengan semua tugas dan pelajaran yang tidak aku inginkan sebelumnya, namun setelah satu tahun berlalu aku mulai menikmatinya di tambah lagi aku sedang mengidolakan guru bahasa.
   Entah awalnya gimana padahal semasa kelas dua aku stres setengah keliling dengan tugas guru sastra dari yang namanya bikin puisi, bikin naskah drama bahkan sampai membuat cerpen.
   Untung teman aku sangat pengertian dan membantu saya membuatkan tugas-tugas tersebut. setelah lulus Aliyah aku merasa lega pasalnya aku tidak akan bertemu lagi dengan tugas membuat cerpen.

    Kadang hidup itu tidak sesuai dengan yang kita inginkan, di lirik dari pendidikan dari TK padahal aku tidak suka namun aku harus manut. terus masuk MI itu juga karena ngintil batur. Terus aku harus rela berpisah dengan orang tuaku lantaran aku harus mesantren. itu juga kalau boleh milih mending milih di rumah.
    lanjut ke Aliyah iiih lagi-lagi itu bukan kehendakku namun aku harus ikhlas menjalaninya. ini juga kaitannya memilih jurusan yang akhirnya aku terdampar di kelas bahasa. udah gitu nih ya aku harus kuliah kependidikan yang tidak aku inginkan.
   sekarang aku harus menjadi guru yang jelas-jelas itu sangat bertolak belakang dengan mental aku. bagaimana tidak sejak kecil aku selalu di jejali doktrin terus.

hahaha perasaan dari tadi ngomongin  kesengsaraan semua yah jadi ikut ngenes yah bacanya. terus timbul dweh dimana letak Ingin Jadi Penulisnya. pasti pikirannya tulisan ini akan membahas tentang perjuangan seorang yang ingin menjadi penulis atau kiat-kiat dalam kepenulisan.
    okay disini saya hanya ingin berbagi kisah saya mengapa kita ingin menjadi penulis. alasannya itu...

Dengan menulis aku bisa bercerita tentang sesuatu yang mengganggu pikiran. Hal-hal yang aku ingin beritahukan pada orang lain. Pesan-pesan yang ingin aku sisipkan pada pembaca. Semuanya bisa disampaikan lewat tulisan.
Mungkin awal dari semua tulisan adalah membaca. Baik dalam arti harafiah maupun kiasan. Perintah pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah iqro’ (Baca). Ini yang seharusnya kita lakukan setiap hari. Lama kelamaan huruf –huruf itu akan meledak dalam kepala kita, dan lahir dalam bentuk tulisan.
Menurut Asma Nadia, menulislah maka kau akan abadi. Betapa semua pengetahuan serta pengalaman seseorang akan tersia-sia pada saat ia menjemput ajal, apabila tak pernah terdokumentasikan. Senada dengan kalimat sebelumnya, Umar Kayam berpendapat, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dengan menulis, maka jejak suatu bangsa dapat ditelusuri.

#sekian...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar